03 Februari 2009

La Presidente Lang & Sang Anjing; Sarkasme Dari Negeri Seberang Jalan

..di negeri seberang jalan yang di dalamnya hidup seragaman manusia, tersebutlah sebuah kisah seorang pemimpin bergelar La Presidente Lang dengan segala tindak tanduknya yang menggemaskan.

...
Pada suatu hari, La Presidente mendapatkan ide dari para pembisik yang bertaburan bak bintang di sekelilingnya, untuk menjalin kerjasama bilateral dengan sebuah negeri yang pemimpinnya bergelar Daeng Nyompa. Singkat cerita, maka bertolaklah La Presidente Lang ke negeri Daeng Nyompa dengan acara pelepasan yang meriahnya melebihi pesta Rambusolo-nya Tana Toraja.

Dengan langkah yang muantep mentong di atas karpet merah berceceran darah, Daeng Nyompa pun menggelar protokoler penerimaan sebagaimana lazimnya manusia yang tak biadab. Setelah basa-basi ala kadarnya, La Presidente Lang pun dengan gaya negosiator ulung bergegas menyampaikan hajatan dari lawatannya kepada daeng nyompa.

"Duhai Paduka Mulia daeng nyompa, daku atas nama segenap rakyat negeri seberang jalan menyampaiken kehendak daripada keinginan kami untuk menjalin persatuan dan kesatuan serta hubungan intim penuh keakraban dengan negeri paduka. Sudilah kiranya paduka mulia mengijabah niat tulus kami ini" Celoteh La Presidente Lang memecah keheningan.

Setelah manggut-manggut elegan & seolah-olah mikir, daeng nyompa pun menimpali "yah..gimana yah. Gue sich nggak ada masalah.Yang masalah kan antum. Tapi mengingat jasa-jasa para pendahulu di medan laga, sepertinya kita bisa mewujudkan kehendak bersama itu"

"Tapi ada syaratnya" Sergah daeng nyompa bak orang yang sedang memburu angpao imlek.

"Syarat apakah gerangan duhai paduka mulia?" Sambut La Presidente Lang dengan mimik yang mirip orang menahan ambeian.

"Gue punya anjing yang sejak dari orok terkerangkeng dalam kandang besi baja tempaan empu sakti dari kepulauan Wakatobi. Kalo anda bisa membuat anjing saya tertawadan kemudian menangis, maka kerjasama bilateral ini bisa tercipta". Kata daeng nyompa sambil senyum gleter*

"Oke. Deal" Sambut La Presidente Lang bak seorang taipan yang sedang melihat peluang keuntungan transaksional.

...

Maka bergegaslah mereka ke tempat kandang anjing itu. La Presidente Lang kemudian dengan gaya suster ngesot menghampiri kandang dan menyapa anjing yang sedang dalam posisi wuenak dalam kandangnya itu. "Hi, bro. Pa kabar nih" Sapanya sok akrab. Namun, anjing itu tetap cuek tak bergeming.

La Presidente Lang tak putus asa. Dia tambah mendekat dan membisikkan sesuatu di telinga anjing tersebut. Aneh bin ajaib, anjing itu sontak tertawa terbahak-bahak, seperti habis nonton komedi tawa sutra-nya anteve. "Wuahahaha...wuahahaha" Ledakan tawa anjing itu membumbung tinggi, menyelusup di relung-relung hati yang gelisah & menggetarkan menara eiffel di Perancis.Sejenak, butterfly effect mendapatkan pembenaran epistemiknya.

daeng nyompa terduduk heran sambil matanya sibuk hilir mudik dari anjing ke La Presidente Lang, kemudian kembali lagi ke anjing dan kemudian kembali lagi ke La Presidente Lang dan seterusnya..

Kemudian lagi, La Presidente Lang membisiki anjing tersebut ..dan tiba-tiba langit menjadi mendung, petir menyambar-nyambar mengiringi lolongan anjing yang meraung-raung, menangis seperti tangisan Sitti Nurbaya ketika dinikahkan dengan Datuk Meringgih.

Untuk kesekian kalinya daeng nyompa terduduk heran sambil matanya sibuk hilir mudik dari anjing ke La Presidente Lang, kemudian kembali lagi ke anjing dan kemudian kembali lagi ke La Presidente Lang dan seterusnya..

Namun, La Presidente Lang tiba-tiba dengan mesranya meremas mesra tangan (atau kaki?..entahlah) anjing tersebut dan membisikkan sebait kata yang mungkin pemirsa di rumah dan penonton di studio tidak akan bisa mendengarnya karena adanya artefak mental sensor.

Keajaiban dunia pun tiba-tiba menjadi bertambah saat itu juga. Anjing yang selama hidupnya enggan dan tak pernah bisa menembus barikade besi-baja itu pun dilabraknya dengan mudah dan dengan muka ketakutan dia meronta dan berlari meninggalkan kandangnya dengan sukses.

Untuk kesekian kalinya lagi, daeng nyompa terduduk heran sambil matanya sibuk hilir mudik dari anjing yang lari terbirit-birit ketakutan ke La Presidente Lang, kemudian kembali lagi ke anjing dan kemudian kembali lagi ke La Presidente Lang dan seterusnya..

Setelah mengerahkan 1000 unit detasemen khusus 2331 dan dibantu satuan politisi penangkap anjing, maka anjing itupun berhasil diringkus dan dipastikan akan menghadapi tuntuan subversif dengan pasal-pasal kue lapis. Tim Ad-Hoc pun mulai menginterogasi anjing tersebut dengan dipimpin langsung oleh daeng nyompa.

"Anjing, mengapa kau tertawa. Kau telah melakukan tindakan makar, menghina pemimpin negeri sahabat kita" Hardik daeng nyompa pada anjingnya.

"Aku tertawa bukan dengan maksud menghina apatah lagi makar, Tuan. Aku tertawa karena orang itu berbisik kepadaku, katanya ..jelek-jelek begini, aku ini pemimpin di negeri seberang jalan lho. Makanya aku tertawa karena tidak percaya,..logika konstitusi ketampanan macam apa yang melegalkan orang sejelek dia menjadi pemimpin di sebuah negeri? Nda percaya aku,..suerr" Kata anjing bak advokad handal yang sedang membela konglomerat hitam dengan gigihnya.

"Trus, mengapa setelah kau tertawa kau tiba-tiba menangis?. Apakah kau juga sudah mengidap syndrom scizofrenia yang kronis?" Tanya daeng nyompa sambil tertawa termehek-mehek.

"Dia berbisik padaku tuan, katanya dia itu memimpin sekitar 100 juta jiwa penduduk di negerinya. Aku sedih tuan. Aku kasihan pada 100 juta jiwa penduduk di negeri itu..kok bisa-bisanya mereka memilih dan dipimpin oleh manusia jelek bin brengsek seperti dia. Apa sudah tidak ada lagi kader-kader muda progresif-revolusioner yang lebih layak?. Mendengarnya saja hatiku sudah seperti diiris-iris oleh Ryan" Tutur anjing sambil sesekali terisak, sedu sedan itu.

"Lalu, mengapa kau seperti ketakutan dan lari meninggalkan peraduanmu?" Tanya daeng nyompa.

"Tuan, jujur saja. Terlepas dari ketololan Darwin menulis dongeng tentang evolusi,..aku memang seorang..eh..maksudku, seekor anjing. Tapi aku tak sudi dipimpin oleh manusia seperti dia. Dia mengajakku untuk pergi piknik di negerinya. Tak kuasa aku membayangkan bagaimana nistanya hidup di negeri yang dipimpinnya itu. Mungkin sekali saja aku menjejakkan kaki di negeri itu, neraka pun tak sudi menampungku setelah reinkarnasi penghabisan nantinya"

...
Daeng Nyompa pun terhenyak, dengan langkah gontai tak terarah dia pergi meninggalkan istananya. Dengan sebatang rokok, daeng nyompa seakan menantang titah penghulu-penghulu adat istiadat negerinya. Setelah habis sebatang, kemudian berpindah lagi ke batang yanng ke-dua..sampai kemudian semua uang kiriman Ibu Suri yang diterimanya setiap bulan habis. Habis rokok, habis tongmi cerita..

Aih..


*gleter : genit, ganjen (bahasa makassar)

(kisah ini adalah fiktif belaka. klo ada kesamaan nama,alamat & peristiwa dimohon agar tidak melaporkannya kepada Tuan Yang Kuasa..diceritakan dari generasi-ke generasi, dari mulut ke mulut, dari aksi-aksi jalanan sampai di sudut2 kostsambil mengintipi tetangga kost yang sedang praktikum ajaran sesat-mesum dengan sesamanya oknum mahasiswa...titik. daripada ngelantur bos)